Wednesday, 15 May 2013

SEBUAH PERJALANAN MENAPAKI JEJAK DIPLOMASI INDONESIA

Laporan dari Pertemuan Sela Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se- Indonesia (PSNMHII) XXV, di Universitas Andalas, Padang.
Pertemuan Sela-Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia, merupakan  acara yang menjadi agenda tahunan di dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (FKMHII). 


PSNMHII digunakan oleh para mahasiswa hubungan internasional sebagai forum temu di sela tahun yang bertujuan untuk membahas agenda-agenda di dalam FKMHII serta persiapan untuk menyambut Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) sebagai acara terbesar dalam agenda FKMHII. Tahun ini, Universitas Andalas adalah tempat bagi berlangsungnya PSNMHII XXV yang berlangsung antara tanggal 21-25 April 2013.

21 April 2013, PSNMHII XXV secara resmi dimulai. Napak tilas diplomasi Indonesia diusung sebagai tema besar dalam PSNMHII XXV kali ini. Sebuah tema yang meminta segenap peserta, yang merupakan mahasiswa ilmu hubungan internasional dari universitas seluruh Indonesia, untuk mengingat kembali sejarah diplomasi Indonesia di dunia internasional sedari merdeka hingga kini.

Tema tersebut menjadi sangat menarik mengingat kebijakan-kebijakan luar negeri Indonesia beberapa tahun terakhir yang terlihat kurang berani, bahkan cenderung melunak pada beberapa aspek. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah upaya mengingat kembali sebagai evaluasi dan pembelajaran, terutama bagi para mahasiswa hubungan internasional yang kelak tak lain akan menjadi diplomat-diplomat Indonesia.

Hadir sebagai pembicara di dalam seminar nasional yang menjadi salah satu rangkaian acara PSNMHII XXV dengan tema “napak tilas diplomasi Indonesia” adalah Ambassador Fachri Ali sebagai perwakilan dari Kementrian Luar Negeri Indonesia dan Philips J. Vermonte, pengajar jurusan ilmu hubungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta peneliti di CSIS. Dalam seminar nasional yang berlangsung pada tanggal 22 April 2013 tersebut, seminar dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama, pemberian materi tentang sejarah diplomasi Indonesia, serta penjelasan langkah-langkah taktis Kementrian Luar Negeri Indonesia dalam proses diplomasi Indonesia yang disampaikan oleh Ambassador Fachri Ali. Lalu sesi kedua adalah pemaparan dan analisa tentang perjalanan-perjalanan diplomasi Indonesia, oleh Philips J. Vermonte.

Di dalam dua sesi seminar tersebut secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, diplomasi merupakan salah satu faktor paling penting yang membawa bangsa ini sampai pada gerbang kemerdekaan yang bisa kita nikmati saat ini selain faktor perjuangan fisik.

Perjuangan secara diplomasi inilah yang menjadi bahasan penting di dalam seminar nasional yang berlangsung pada hari itu. Kisah seputar Mr. Achmad Soebardjo menjadi halaman pertama kisah-kisah perjalanan diplomasi Indonesia. Menteri luar negeri Indonesia pertama tersebut menjadi tonggak segala kisah perjuangan Indonesia dalam diplomasi setelah merdeka, sebagai kementrian pertama yang terbentuk pasca kemerdekaan, peran Kementrian Luar Negeri sangat vital dalam rangka mengabarkan kepada dunia bahwa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka.

Kisah seputar Agresi militer Belanda I dan agresi militer Belanda II sampai Konferensi Meja Bundar merupakan kisah-kisah manis perjuangan diplomasi Indonesia di dunia internasional. Dari peristiwa-peristiwa itu, Indonesia berhasil membuktikan tajinya sebagai negara yang baru merdeka, yang berujung pada keputusan Konferensi Meja Bundar yang menjadi tonggak pengakuan kedaulatan Indonesia secara de jure dari bangsa-bangsa dunia.

********

Hari ketiga, 23 April 2013, merupakan hari paling panjang bagi para delegasi, begitu pula bagi kami delegasi UIN Jakarta; Azmi, Nyimas, Ahsan, Fikri, Ikhsan, Andi, dan Ganang. Hari itu para delegasi mendapatkan agenda city tour, sebuah perjalanan yang sangat istimewa karena para delegasi diajak untuk menapaki jejak 
Hatta, meneladani langkah Sjahrir, bahkan menikmati syair-syair Taufik Ismail.

Istana Hatta adalah destinasi pertama dari perjalanan tersebut, dan para delegasi menjadi saksi kehebatan Hatta. Tetesan-tetesan perjuangan Hatta masih tersimpan rapi disana, menjadi untaian-untaian kisah indah kehebatan salah satu tokoh besar bangsa ini. Jiwa Hatta terjaga, merasuk kembali di dada para delegasi. 

Selanjutnya adalah galeri Taufik Ismail, syair-syair yang indah terpahat pada dinding-dinding galeri, dan sejarah Sjahrir mendapat tempat khusus di salah satu sudut galeri itu.

Kepuasan para delegasi tidak terkira, namun, keesokan hari acara harus sampai pada ujung perjalanan, PSNMHII XXV pun ditutup dan diakhiri dengan pesta perpisahan. Menjadi aneh ketika pesta perpisahan yang seharusnya menjadi sebuah kesan yang tak akan terlupakan, namun, justru memberikan kesan yang kurang menarik, keteledoran panitia pada saat itu yang tidak mempunyai rencana cadangan menjadikan acara pesta perpisahan tersebut gagal lantaran hujan yang turun harus membubarkan acara tersebut yang kebetulan berlokasi di tempat terbuka.

Terakhir, PSNMHII XXV dengan segala lika-likunya, kelebihan dan kekurangannya, telah memberi kesan bagi seluruh delegasi yang mengikuti serangkaian acara  tersebut. Semoga menjadi pembelajaran bagi terlaksananya PSNMHII XXVI di Universitas Udayana pada tahun 2014. (AHSAN)




No comments:

Post a Comment

Pages