Semi final leg ke-2 European Champions League, Rabu, 1 Mei dini hari lalu, memperlihatkan hasil yang cukup mengagetkan. Barcelona dikalahkan Bayern Munchen di kandang sendiri dengan skor 3-0.
Di pertemuan sebelumnya, yang berlangsung di Allianz Arena, Bayern mencetak 4 gol tanpa balas. Agregat 0-7 merupakan hasil akhir yang sangat menyedihkan bagi fans dari club Catalan.
Kekuatan Barcelona yang selama 6 tahun terakhir berjaya di Eropa tidak mampu menghadang agresivitas para pemain Bayern. Lionel Messi dan kawan-kawan tak mampu untuk mencetak satu gol pun ke gawang Manuel Neuer.
Pada pertandingan semi final Liga Champion ini, Bayern Munchen bermain dengan sangat bagus. Taktik yang digunakan Jupp Heynckes sangat brillian dengan memberikan pressing pemain Barcelona dari daerah pertahanan Barca sejak pluit awal pertandingan berbunyi. Skema tiki-taka ala Barcelona yang selama ini superior di hadapan lawan-lawannya seolah-olah telah menjadi skema yang usang. Bagai sebuah mesin gol yang tak hentinya keinginan untuk mencetak gol, Bayern selalu meningkatkan serangannya meskipun telah unggul 4-0 sebelumnya.
Inikah akhir dari era Barcelona?
“Jangan hanya menilai kekuatan suatu tim hanya dalam satu atau dua pertandingan saja,” ujar Andreas Iniesta, gelandang serang Barcelona.
“Kami tampil dengan intensitas tinggi, tetapi kami tidak mampu mencetak gol, itulah yang menjadi pembeda,” tambahnya.
Menurut analis sepakbola Jonathan Wilson, penulis buku Inverting the Piyramid yang membedah evolusi taktik sepakbola dunia, inilah akhir dari Era Barcelona. Superioritas klub Catalan dalam 6 tahun terakhir, menurutnya, membuat periode tersebut layak disebut sebagai Era Barcelona. Dengan tiki-taka, Messi cs selalu berhasil memiliki penguasaan bola (possession) yang lebih besar dari lawan-lawannya.
Barca adalah klub sepakbola dengan possession tertinggi di Eropa, diikuti Bayern di peringkat kedua.
Kekalahan telak Barca dari Bayern, menurut Wilson, adalah tanda dari pergeseran sebuah era. Permainan Bayern, lanjutnya, adalah permainan ala Barca yang telah dimodifikasi dan diperbaiki kelemahan-kelemahannya. Salah-satu yang paling menonjol, Bayern memiliki keunggulan fisik dalam memperebutkan bola, tidak melulu dengan teknik yang dalam beberapa kesempatan seringkali tidak bekerja.
Apalagi di musim depan, Bayern akan dilatih oleh Pep Guardiola, mastermind tiki-taka Barcelona selama ini.
Apakah kiblat sepakbola akan segera berpindah ke kota Munich? Menarik ditunggu perkembangannya beberapa tahun ke depan. (JOPI)
No comments:
Post a Comment