Wednesday, 5 June 2013

PANCASILA KITA

CIPUTAT hujan malam ini. Suasana yang pas untuk menyeruput segelas kopi, sesekali menggasak gorengan hangat dan tentu saja sambil bermain twitter.


20 Mei kemarin hari Kebangkitan Nasional. Berapa banyak dari kita yang masih peduli  peringatan itu, atau setidaknya ingat? Di twitter, tentu saja ramai yang membicarakannya, juga sejarah Boedi Oetomo yang diselimuti kontroversi.

Lepas dari segala kontroversinya, bagaimana kita memaknai Kebangkitan Nasional di era digital ini?
Sedianya, tema tersebut yang akan kami angkat di edisi ini. Namun sebagai tabloid baru, kami masih mengalami beberapa kendala. Ada beberapa hal yang harus kami rapikan terlebih dahulu, agar kelak benar-benar dapat menjadi terbitan berkala yang berkualitas.

Setelah berbagai pertimbangan redaksional, kali ini kami mengangkat tema 1 Juni, hari lahir Pancasila.
Masihkah kita hafal di luar kepala kelima sila itu? Masihkah ingat kita lagu Garuda Pancasila?

1 Juni, mendadak kita teringat Pancasila setelah hampir setahun kita nyaris lupa. Diskusi-diskusi di ruang publik dengan tema Pancasila pun banyak digelar. Banyak tokoh berebut mengaku sebagai pancasilais. Di twitter, perbincangan mengenai Pancasila tak kalah ramai, mungkin hanya kalah oleh percakapan tentang sajak Sapardi, Hujan Bulan Juni.

Namun kami tidak banyak menyajikan kajian mengenai Pancasila. Di edisi ini, kami justru mengetengahkan persoalan bangsa yang sangat menyalahi Pancasila. Persoalan kekerasan atas nama agama dan negara yang absen dalam melindungi hak-hak minoritas.

Selain tema sentral tersebut, di rubrik Sorotan kami juga menyoroti minimnya toko buku di sekitar kampus, yang sangat mungkin merupakan indikator utama minat baca kita. Di rubrik Catatan, kami hadirkan beberapa catatan untuk akun twitter Presiden SBY. Dan rubrik Celoteh edisi ini cuap-cuap tentang tokoh utama dalam peristiwa bersejarah 1 Juni.

Tabik.

No comments:

Post a Comment

Pages